Kamis, 10 Desember 2009

Danau Matano, Pesona Wisata Baru Yang Akan Segera Berkilau



KapanLagi.com - Danau Matano terletak di kota kecil Sorowako, sekitar 600 km Barat Daya Makassar, Sulawesi Selatan. Tiba disana pengunjung akan disambut air danau yang membiru, nyaris tanpa riak. Air danau itu begitu jernih sehingga dasar danaunya terlihat jelas. Siapa saja yang melihatnya, serasa tidak bisa menahan diri untuk tidak terjun ke dalam air menikmati kesegaran dan jernihnya air danau ini.

Pesona danau ini begitu menggoda. Alamnya yang begitu indah dan sejuk dengan hutan yang rimbun di tepi danau. Belum lagi pengunjung bisa berenang dan berendam di sekitar Pulau Kucing. Disebut begitu karena dari kejauhan pulau di pinggiran danau itu tampak berbentuk Kucing.

Melakukan rafting di danau seluas 16.408 hektar yang terletak sekitar 600 meter di atas permukaan laut ini merupakan kegiatan wisata yang paling banyak dilakukan warga sekitar, khususnya para karyawan perusahaan nikel terbesar di dunia PT. Inco yang berada di dekat lokasi tersebut.

Bagi masyarakat di sana, berenang atau rafting sudah merupakan kegiatan rutin. Air danaunya yang jernih dan bersih bahkan dianggap lebih indah dan menarik dari kolam renang. Belakangan berita keindahan danau ini semakin menyebar, bukan warga Sorowako saja yang kerap berenang di danau yang terletak di kawasan Pegunungan Verbeek ini. Warga dari sejumlah kota di Sulawesi Selatan mulai banyak berdatangan untuk menikmati air danau yang tetap jernih meski di sekitarnya masih ada ribuan hektare lahan terbuka yang sedang atau bekas ditambang tapi belum direklamasi.

Lihat Gambar

Itulah sebabnya, para karyawan PT Inco kini makin banyak membuat rakit-rakit (raft) yang terbuat dari dua potong pipa besi berdiamater sekitar 50 sampai 60 cm dengan ditutupi tenda yang ditata apik serta satu atau dua mesin pendorong di belakangnya.

Di danau ini terdapat sejumlah pantai yang cukup asyik untuk dijadikan tempat berenang seperti Pantai Ide di Pontada dan Pantai Kupu-kupu di Salonsa. Kedua pantai itu masuk dalam kawasan permukiman karyawan PT Inco, yang berjarak sekitar dua kilometer dari Sorowako. Pantai Kupu-kupu lebih banyak digunakan karyawan ekspatriat PT Inco dan tamu-tamu khusus perusahaan untuk berenang atau snorkeling.

Menariknya lagi berenang di semua pantai di danau ini gratis, tidak perlu merogoh kocek sebab tidak ada pungutan retribusi. Kecuali kalau ingin menggunakan raft, harus keluar beberapa ratus ribu rupiah untuk menyewa raft satu-dua jam menyusuri danau ini.

Mulai dikembangkan

Upaya menjadikan Danau Matano sebagai salah satu obyek wisata menarik di Luwu Timur telah mulai dikembangkan dengan dukungan besar dari PT. Inco yang menambang potensi nikel di pinggiran danau itu sejak tahun 1970-an.

Pihak Inco sendiri telah membangun beberapa sarana bagi warga untuk menikmati danau itu seperti sebuah jembatan kayu yang menjorok sekitar 100 meter ke danau di Pantai Ide. Tempat ini selalu ramai dikunjungi warga, khususnya warga lokal setiap sore atau hari libur untuk berenang dan snorkeling.

Dengan panorama indah yang dikelilingi hutan perawan Pegunungan Veerbec, Danau Matano kini menjadi tujuan wisata yang memikat. Selain renang dan rafting, danau yang tenang ini juga menjadi lokasi yang tepat untuk berbagai jenis olahraga air seperti layar, ski air, kano dan menyelam. Karena itu, PT Inco dan Pemkab Luwu Timur makin gencar menggelar berbagai kegiatan wisata di danau dan sekitarnya.

Diantaranya dengan diselenggarakannya kegiatan renang terbuka Danau Matano bulan Juni 2006, hasil kerjasama PT Inco, Pemkab Lutim dan Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) menempuh jarak 7.500 meter melintasi danau terdalam ke-8 di dunia ini. Rutenya yakni dari Desa Nuha di sebelah barat menuju Pantai Ide, Sorowako di sebelah Timur.

Danau ini tergolong istimewa karena tidak semua danau layak dijadikan ajang lomba renang perairan terbuka. Namun airnya yang tenang dan jernih karena bersumber dari ribuan mata air, membuat danau ini diberi kepercayaan menjadi tempat penyelenggaraan renang terbuka seperti halnya Danau Toba di Sumatera Utara.

Beberapa kegiatan bertaraf lokal juga rutin diselenggarakan di Sorowako seperti lomba perahu dayung dan sunday market yang diiringi dengan hiburan band dan tari-tarian tradisional daerah dan bersifat massal yang disebut modero.

Lingkungan Terjaga

Airnya yang tetap jernih telah menjadi salah bukti bahwa lingkungan di sekitar danau tetap terpelihara dengan baik, meski PT. Inco telah melakukan penambangan dan pengolahan nikel sejak hampir 40 tahun lalu di tempat ini.

Dari atas pesawat yang terbang rendah di atas danau menjelang pendaratan di Bandara Sorowako, milik perusahaan nikel itu, tampak jelas seluruh bagian danau dengan air yang membiru, tanpa sedikitpun yang kelihatan keruh atau berwarna kuning dan kecoklatan.

Padahal, di sebelah Timur danau itu, tampak pula lahan-lahan yang menganga karena sedang atau baru saja selesai ditambang, tetapi untungnya tidak sedikitpun mengalirkan air keruh ke dalam danau.

Nama Matano sendiri berasal dari Bahasa Dongi (Bahasa asli Sorowako) yang berarti mata air. Danau ini terbentuk dari ribuan mata air yang muncul akibat gerakan tektonik, lipatan dan patahan kerak bumi yang terjadi di sekitar daerah litosfir yang membutuhkan waktu lama untuk terisi oleh air dan membentuk danau sekitar empat juta tahun yang lalu.

Di kawasan Sorowako, juga terbentuk dua danau lainnya yakni Danau Mahalona dengan kedalaman sekitar 60 meter dan Danau Towuti dengan kedalaman 200 meter. Air yang mengalir dari Danau Matano dialirkan melalui Sungai Larona ke Danau Mahalona kemudian ke Danau Towuti dan selanjutnya menuju muara melalui Sungai Malili dan berakhir di Laut Bone.

Yang paling membanggakan dari banyak keunikan danau ini adalah tidak terjadinya perubahan yang signifikan terhadap ekosistem danau sejak tahun 1930-an hingga saat ini. Karena kekhasannya itulah, beberapa ilmuwan menilai Danau Matano patut diusulkan menjadi world heritage atau warisan dunia.

Untuk menjangkau danau ini, para pengunjung harus menempuh perjalanan darat menggunakan bus-bus ber-AC selama sekitar 12 jam dari Makassar, ibukota Provinsi Sulsel. Bisa pula menggunakan pesawat DASH-7 berkapasitas sekitar 50 penumpang yang dicarter khusus PT. Inco untuk memperlancar aksesibilitas ke Sorowako baik untuk kepentingan perusahaan maupun masyarakat lainnya.

Penerbangan pesawat yang dikelola PT. Dirgantara Air Service (DAS) itu dilakukan sekali sehari dari Bandara Hasanuddin Makassar pukul 12.00 Wita sedangkan penerbangan dari Sorowako ke Makassar setiap pukul 06.30 Wita dengan waktu tempuh sekitar 85 menit

0 komentar:

Posting Komentar