Senin, 14 Desember 2009

Es di Mars

Mars Reconnaissance Orbiter milik NASA berhasil mengungkap keberadaan air beku yang tersembunyi di bawah permukaan area lintang tengah Mars. Pengamatan ini berhasil dilakukan setelah ada meteorit yang menggali kawah baru di planet merah tersebut.

Citra kawah baru di Mars yang diambil dalam selang waktu berbeda. Kredit: NASA/JPL-Caltech/University of Arizona

Citra kawah baru di Mars yang diambil dalam selang waktu berbeda. Kredit: NASA/JPL-Caltech/University of Arizona

Para ilmuwan yang mengendalikan instrumen di Orbiter menemukan adanya es terang yang terungkap pada 5 situs Mars dengan kawah baru yang memiliki kedalaman bervariasi antara 0.5 meter – 2,5 meter. Kawah ini tidak ada pada citra citra awal ari situs tersebut. Beberapa kawah tersebut menunjukan keberadaan lapisan tipis es di puncak materi gelap yang ada di bagian dasar kawah. Potongan terang itu menjadi gelap dalam beberapa minggu setelah pengamatan. Ini terjadi saat es yang tampak itu meguap ke dalam atmosfer Mars yang tipis. Salah satu kawah yang ada memliki materi yang dilihat itu dalam potongan yag cukup besar, sehingga Orbiter bisa mengenalinya sebagai air es.

Penemuan yang mengindikasi keberadaan air es di bawah permukaan Mars ini berada di antara kutub Utara dan ekuator Mars pada area lintang yang lebih rendah dari yang diharapkan jika mengacu pada iklim di Mars.

Keberadaan es ini bisa menjadi pertanda relik iklim yang lebih lembab di Mars beberapa ribu tahun yang lalu. Penemuan ini juga membawa para peneliti untuk mulai meneliti situs tabrakan baru untuk mencari es di lapisan bawah permukaannya.

Penelitian terhadap lebih dari 200 citra Mars memperlihatkan keberadaan spot gelap yang masih baru, yakni kawah yang dilingkupi debu. Pengecekan citra sebelumnya untuk area yang sama menunjukan kalau ini merupakan kawah baru. Ada sekitar 100 situs tabrakan baru yang sebagian besar lebih dekat ke ekuator dibanding area ditemukannya es.

Citra tanggal 10 Oktober 2008 menunjukkan terbentuknya kawah setelah 67 hari sebelumnya area yang sama dipotret. Dan yang mengejutkan saat mengamati materi terang di dasar kawah tampaklah sesuatu yang bisa dikenali sebagai es.

Penemuan ini penting dalam kaitan pencarian unsur-unsur yang mendukung kehidupan di planet selain Bumi.

Dawn, Perjalanan Menuju Masa Lalu

Dawn diantara vesta dan Ceres. image credit : UCLA
Dawn diantara vesta dan Ceres. image credit : UCLA

Tanggal 777, sebuah misi untuk menembus masa lalu rencananya akan diluncurkan. Namun sayangnya tanggal 7 Juli yang seharusnya merupakan titik awal perjalanan Dawn akhirnya harus ditunda. Dalam press release NASA, Dawn dijadwalkan kembali untuk diluncurkan pada bulan September 2007. Misi Dawn akan menjelajah ke masa lebih dari 4,5 miliar tahun yang lalu Masa di saat Tata Surya pertama kali terbentuk. Dalam perjalanan ini Dawn tidak akan kembali ke masa lalu melainkan pergi menjumpai asteroid, obyek yang berada di antara Mars dan Jupiter.

Target utama misi Dawn adalah asteroid Vesta dan planet katai Ceres yang menempati Sabuk Asteroid bersama ribuan benda kecil lainnya atau yang kita kenal sebagai asteroid. Di daerah ini akan dijumpai ribuan asteroid yang terjebak diantara peperangan tarik menarik antara Matahari dan Jupiter. Dan di area ini angka tabrakan antar asteroid cukup tinggi. Namun demikian Ceres dan Vesta merupakan dua diantara asteroid yang masih tetap utuh sejak terbentuk sampai saat ini. Tahun 2006, bersama dengan resolusi IAU mengenai definisi planet, Ceres tidak lagi dikategorikan sebagai asteroid, melainkan masuk dalam kelas planet katai bersama Pluto dan Eris.

Mengapa Asteroid Vesta dan Ceres ?
Asteroid terbentuk bersamaan dengan terbentuknya planet batuan seperti Merkurius, Venus, Bumi dan Mars. Namun dalam proses pertumbuhan planet-planet di Tata Surya, ada planet yang tidak sempat bertumbuh karena pengaruh gravitasi Jupiter. Cikal bakal planet inilah yang kemudian kita kenal sebagai asteroid. Karena itu, diperkirakan sampai saat ini asteroid masih menyimpan materi-materi disaat awal pembentukannya. Hal inilah yang akan diungkap Dawn agar kita bisa mengetahui bagaimana kondisi awal Tata Surya beserta proses awal pembentukannya.

Di dalam proses pembentukan Tata Surya, semakin jauh dari Matahari maka obyek yang terbentuk akan semakin dingin. Hal inilah yang menyebabkan planet terrestrial terbentuk di dekat Matahari dan obyek es terbentuk di daerah yang jauh atau daerah luar Tata Surya. Lebih jauh lagi, bukti-bukti menunjukan, setiap obyek memiliki karakteristik yang berbeda seharusnya memiliki jalur evolusi yang berbeda. Karena itu diharapkan dengan meneliti dua obyek yang sangat berbeda karakteristiknya, dapat mengungkap sebagian misteri pembentukan planet, termasuk proses yang mendominasinya.

Dawn, dalam misinya yang hampir satu windu ini akan menyelidiki Vesta dan Ceres dua asteroid yang sangat berbeda karakternya dan diyakini terbentuk lewat proses akresi di awal sejarah pembentukan Tata Surya. Diperkirakan proses hidrologi di Ceres masih aktif, dan memicu terjadinya musim dingin yang menutupi daerah kutub Ceres dengan es. Ceres juga diduga memiliki atmosfer tipis, yang membedakannya dari asteroid lainnya. Lain Ceres, lain pula Vesta. Vesta diduga memiliki batuan yang magnetnya lebih kuat dibanding di Mars. Hal ini memicu keingintahuan bagaimana dan kapan kondisi dinamik tersebut muncul. Permukaan Vesta lebih kering ditandai oleh pola permukannya yang beragam dari aliran lava padat sampai dengan kawah yang dalam dekat kutub selatannya.

Dari karakteristik keduanya, Vesta menunjukkan karakterstik yang mirip dengan planet dalam (inner planet), sementara Ceres menunjukkan kemiripannya dengan satelit es dari planet-planet luar (outer planet). Mempelajari kedua obyek ini diharapkan bisa memberi pengetahuan mengenai transisi planet batuan ke area luar Tata Surya yang dingin.

Secara umum, ada tiga hal yang menjadi tujuan Dawn yakni pertama, menangkap momen awal asal usul Tata Surya sehingga kita bisa memahami kondisi pembentukannya. Yang kedua, Dawn akan membantu menentukan cirri-ciri batuan yang membentuk planet terrestrial untuk membantu kita memahami pembentukan planet-planet batuan, Dan yang terakhir adalah mempelajari pembentukan dan evolusi dua obyek yang memiliki jejak evolusi berbeda, sehingga bisa dipahami apa yang mengontrol terjadinya evolusi. Dawn akan menyelesaikan misinya dalam jangka waktu 8 tahun, dimulai dari peluncurannya hari ini pada tangal 7 Juli 2007 sampai dengan Juli 2015. Dawn akan tiba di Vesta bulan Oktober 2011, dan tiba di Ceres bulan Februari 2015.

Sama seperti misi lainnya, Dawn merupakan penjejak sebelum melangkah lebih jauh lagi dalam menyingkap setiap misteri dalam alam semesta.

Planet Paling Dingin Berhasil Dipotret

Sejak ditemukannya planet diluar sistem Tata Surya, tak pelak perkembangan exoplanet menjadi sangat pesat. Lebih dari 400 buah planet telah ditmeukan megitari bintang-bintang lain dan tak hanya itu, teknologi yang dikembangkan pun semakin hari semakin baik dalam mendeteksi planet-planet di rimba alam semesta ini. jika beberapa bulan lalu HARPS, berhasil menemukan puluhan planet baru, kali ini HiCIAO memberikan kontribusi penemuan baru yang tak kalah menariknya.

GJ 758 di konstelasi Lyra. Kredit :Stellarium

GJ 758 di konstelasi Lyra. Kredit :Stellarium

HiCIAO (High Contrast Instrument for the Subaru Next Generation Adaptive Optics) merupakan kamera yang dipasang pada teleskop Subaru 8-meter yang berlokasi di puncak Mauna Kea di Hawaii. Pengamatan yang dilakukan HiCIAO membawa manusia pada sebuah era lain dunia exoplanet. Sebuah planet dengan kecerlangan redup berhasil dipotret dan diungkapkan oleh pengamatan ini pada bintang GJ 758. Yang menarik, ini adalah exoplanet pertama yang merupakan planet dingin yang mengorbit bintang serupa Matahari. Massa exoplanet tersebut diperkirakan mencapai 10 – 40 massa Jupiter, menempatkan planet GJ 758 B masuk dalam jajaran planet raksasa atau bisa jadi sebuah katai coklat yang ringan. Orbit GJ 758 B jauh lebih besar dari Neptunus dengan temperatur hanya 600 K. dengan demikian plant GJ 758 B ini merupakan planet paling dingin yang pernah ditemukan sedang mengorbit bintang serupa Matahari.

GJ 758 B yang berada di rasi Lyra, berhasil dipotret dengan teleskop Subaru 8- meter di Mauna Kea, Hawaii, dengan menggunakan adaptif optik yang digunakan untuk mengkoreksi turbulensi atmosfer Bumi. Dari citra yang berhasil diambil, bintik yang menandakan si planet justru hilang ditelan sisa-sisa cahaya menyilaukan sang bintang induk. Planet tersebut berhasil dikenali setelah seluruh citra tunggal yang diambil digabungkan berdasarkan waktu dengan menggunakan teknik angular differential imaging (ADI). Dengan cara ini, para astronom dapat menghilangkan halo bintang dari citra sehingga si planet bisa dikenali.

Dari seluruh exoplanet yang ditemukan, hanya ada 10 exoplanet yang berhasil ditemukan dengan pemotretan secara langsung. Dari seluruh planet yang berhasil dipotret tersebut, masing-masing planet memiliki kondisi yang berbeda dari yang kita kenal di Tata Surya. Di antaranya, ada planet yang memiliki orbit sangat lebar (ratusan kali jarak Bumi-Matahari), atau ada yang temperaturnya hampir sama dengan temperatur sbeuah bintang dibanding temperatur sebuah planet (> 1000 K) atau bahkan si bintang induknya cukup berbeda dari Matahari seperti halnya bintang kelas-A yang lebih masif ataupun bintang kelas M yang massanya jauh lebih kecil.

Citra GJ 758 B yang dipotret dengan Subaru HiCIAO. Kredit : NAOJ

Citra GJ 758 B yang dipotret dengan Subaru HiCIAO. Kredit : NAOJ

Jika dibandingkan dengan kandidat lainnya, GJ 758 B memiliki beberapa kemiripan dengan planet di Tata Surya. Ia mengitari bintang serupa Matahari, jaraknya sebanding dengan planet di sistem terluar Tata Surya. dan jika diamati dari Bumi, planet GJ 758 B ini tampaknya berada pada kisaran jarak Neptunus dengan Matahari. Yang menarik, temperatur planet berkisar pada 550 – 640 Kelvin, hampir sama dengan suhu oven yang sedang dibakar dengan kekuatan peuh atau malah sama dengan temperatur di sisi siang hari planet Merkurius. Dengan demikian, GJ 758 B menjadi planet terdingin yang pernah ditemukan mengorbit bintang serupa Matahari melalui pencitraan.

Neptunus, planet terluar di Tata Surya, hanya menerima sekitar 1/900 cahaya Matahari yang diterima Bumi dan memiliki temperatur permukaan 70 K. Nah, GJ 758 memiiki temperatur yang lebih tinggi dan diperkirakan objek ini masih mengalami kontraksi atau dengan kata lain berada pada masa hidup menengah dari fasa kehidupan planet gas raksasa dimana energi gravitasi diubah menjadi panas. Untuk objek seperti ini, temperatur, umur dan massa akan memiliki hubungan. Semakin besar si planet raksasa, maka semakin panjang pula waktu yang dibutuhkan untuk meradiasi panas keluar ke angkasa dan kemudian mencapai kesetimbangan termal.

Penemuan GJ 758 B, sebuah exoplanet atau bahkan sebuah bintag katai coklat yang mengorbit bintang mirip Matahari menunjukkan ragam planet dan objek yang bisa terbentuk di sekitar bintang sekelas Matahari.

Setengah Asteroid Setengah Komet, Apakah itu?

Sebuah benda misterius yang melepaskan debu seperti sebuah komet namun memiliki orbit layaknya asteroid bisa jadi merupakan sebuah kelas klasifikasi baru di dalam Tata Surya.

Tahun 1996, astronom mengidentifikasi sebuah benda luar biasa yang mengorbit Matahari. Benda ini berada di antara Mars dan Jupiter, area yang dikenal memiliki sabuk asteroid. Saat ini, si benda yang diberi nama 133P ternyata memiliki deskripsi berikut : orbitnya merupakan orbit asteroid namun ia memancarkan debu seperti komet.

Foto-foto MBC yang sudah diketahui. Kredit : Henry Hsieh

Foto-foto MBC yang sudah diketahui. Kredit : Henry Hsieh

Menarik kan? Benda ini bukanlah benda yang bisa ditemukan setiap saat. Ia merupakan obyek yang sangat jarang dan mungkin juga langka. Setelah pengamatan berabad-abad belum pernah ditemukan benda lain di sabuk asteroid yang memiliki kemampuan melepaskan gas dan debu layaknya komet.

Pertanyaannya, bagaimana objek ini ada disana? Menurut Henry Hsieh dari Queen University, Belfast, Irlandia Utara, hanya ada dua penjelasan untuk kejadian ini. Yang pertama, 133P merupakan komet yang terperangkap dalam orbit serupa asteroid. jika demikian, butuh kombinasi yang besar dan juga tak biasa dari tolakan gravitasi dari planet saat komet ini melintas masuk di Tata Surya dari Sabuk Kuiper ataupun dari Awan Oort.

Bahkan menurut Henry Hsieh, ini adalah kejadian langka yang mungkin hanya terjadi sekali. Sehingga bisa dikatakan tak akan ada lagi kesempatan untuk melihat komet lain dalam orbit seperti ini.

Penjelasan kedua yang bisa diberikan, 133P merupakan asteroid yang memiliki bagian terbentuk dari es dan es tersebut kemudian sedang dilepaskan. Pelepasan es ini bisa disebabkan tabrakan dengan asteroid lain. Jika memang 133P merupakan asteroid, maka tentunya masih ada asteroid sejenis yang terbentuk dari es dan juga tengah melepaskan debunya. Dengan demikian kita bisa menemukan lebih banyak lagi objek yang serupa.

Dari 657 pengamatan terhadap 599 asteroid di sabuk asteroid Henr Hsieh berhasil menemukan objek serupa lainnya yang disebut 176P/LINEAR yang memancarkan debu.

Dan tampaknya misteri atas objek ini bisa dipecahkan. Tampaknya kemungkinan komet yang terperangkap bisa ditiadakan. Keduanya merupakan kelas baru dalam klasifikasi di Tata Surya yakni asteroid mirip komet yang sebagian komponen pembentuknya adalah es. Dan es tersebut akan terlepas saat objek tersebut mengalami tabrakan.

Menarik bukan? sebuah kelas baru yang mengisi klasifikasi asteroid. Nah apakah sebutannya? Komsteroids? Asteromets? atau Hsiehroids?

Hujan Meteor Geminid di Penghujung Tahun 2009


Di penghujung tahun 2009, di tengah guyuran hujan yang turun hampir setiap harinya, kita akan mendapat kesempatan untuk menikmati Hujan Meteor Geminid yang merupakan hujan meteor tahunan. Jadi.. siapkan kopi dan coklat panas untuk menemanimu memandangi kilatan meter di malam hari…

Hujan meteor Geminid akan mengalami puncak pada taggal 13-14 Desember 2009.

Hujan meteor Geminid akan mengalami puncak pada taggal 13-14 Desember 2009.

Hujan meteor Geminid akan megalami puncaknya pada tanggal 13 – 14 Desember 2009, bertepatan dengan dimulainya Bulan Baru, sehingga ini akan menjadi kesempatan yang baik untuk melakukan pengamatan karena tidak akan ada cahaya bulan. Hujan meteor Geminid akan bisa teramati dari sleuruh wilayah di Indonesia pada tanggal 13 Desember malam menjelang dini hari dan pada tanggal 14 malam menjelang tengah malam. Menurut perkiraan International Meteor Organization, di saat maksimum meteor yang akan terlihat bisa mencapai 100 – 140 meteor per jam, pada tanggal 14 Desember jam 05.10 UT atau jam 12.10 wib.

Hujan meteor Geminid merupakan salah satu hujan meteor yang dinantikan karena intensitasnya yang terus meningkat dalam dekade ini dan diharapkan tren yang sama masih akan diteruskan.

Meteor yang tampak dari rasi Gemini ini berasal dari sisa pecahan obyek yang dikenal sebagai 3200 Phaethon, yang dulunya diperkirakan merupakan asteroid. Saat ini Phaethon sudah menjadi komet yang punah. Jadi sebenarnya, ia adalah kerangka batuan dari komet yang sudah kehilangan es setelah berkali-kali melintas Matahari dari dekat. Nah, Bumi yang melintas dalam aliran puing-puing 3200 Phaethon setiap tahun pada pertengahan Desember akan menyebabkan puing-puing itu terbang dari rasi Gemini/. Tepatnya di dekat bintang terang Castor dan Pollux.

Meteor Geminid pertama kali terlihat pada akhir abad ke-19, tak lama setelah perang sipil di Amerika berakhir. Pada saat pertama muncul, hujan meteornya masih lemah dan tidak terlalu menarik perhatian. Pada saat itu debu yang masuk atmosfer Bumi itu hanya bergerak dengan kecepatan 130000 km/jam. Di masa itu, sama sekali tak nampak kalau hujan meteor ini akan berlangsung setiap tahun. Yang menarik, saat ini hujan meteor Geminid merupakan salah satu hujan meteor yang cukup kuat dan menarik perhatian para pengamat. Bahkan ia semakin kuat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh gravitasi Jupiter yang berlaku pada aliran puing-puing Phaethon dan menyebabkan mereka bergeser mendekati orbit Bumi. Meteor Geminid sendiri masih tergolong meteor dengan kecepatan menengah pada kisaran 35 km / detik, sehingga akan mudah dikenali di bentangan langit malam.

Jadi, apa yang harus dilakukan untuk mengamati hujan meteor Geminid? Sediakan kopi..atau coklat panas. Keluarlah ke halaman atau area lapang. Bawa peta langit (planisphere/laptop/PDA yang sudah dilengkapi piranti peta langit) untuk dilihat, bawa senter, siapkan ipod, dan mulailah menatap langit ke arah timur laut, dimana rasi Gemini berada. Rasi Gemini akan terbit pada kisaran pukul 21.00 wib, jadi anda bisa keluar rumah mulai jam 21.00 sampai dini hari untuk menikmati hujan meteor Geminid.

Selamat berburu dan menikmati Hujan meteor Geminid … dan selamat menjelang Tahun Baru 1431 H

Sabtu, 12 Desember 2009

Indahnya Aurora....

"Aurora, aku hanya bisa memandangimu dari jarak yang sangat jauh, tanpa berani mendekati bahkan menyentuhmu."

Andaikata aku memiliki DSLR, akan kuabadikan keindahan dan kecantikan Aurora, kupajang dan kujadikan background di laptopku. Aku semakin bersyukur, betapa Allah SWT telah menciptakan Aurora ini dengan begitu indahnya.

Aku mencoba mengingat-ingat kapan terakhir jumpa dengan Aurora. Yang pasti sekitar bulan Maret dan April atau bulan September dan Oktober, hanya tahunya kapan aku lupa. Keindahan Aurora melupakan segala-galanya, termasuk kapan terakhir menjumpainya.

Mungkin pembaca sekalian pernah mendengar tentang Aurora mungkin juga tidak? Aurora merupakan fenomena pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnetik yang dimiliki planet tersebut dengan partikel bermuatan yang dipancarkan oleh matahari (angin matahari) (sumber: wikipedia.org).

448374460_7f4f0bd212_o_small.jpg

Aurora di atas Winter Cottage

Foto Oleh brother LalliSig

Aurora muncul di angkasa dan mungkin tidak hanya di bumi saja, akan tetapi di planet-planet lain. Di bumi, Aurora muncul di sekitar kutub utara dan kutub selatan. Aurora yang di kutub utara dikenal dengan nama Aurora Borealis sementara yang di kutub selatan dikenal dengan Aurora Australis. Salah satu foto di atas adalah foto yang diambil oleh LalliSig di atas Winter Cottage. Dari bumi terlihat ada cahaya di langit yang begitu indah.

Berikut ini foto-foto Aurora yang lainnya.

******

******

******

******

******

******

******

Aurora Northern Lights di atas danau Schwatka, Yukon, Canada

329883322_a49a53910d_b_small.jpg

Foto Oleh brother Peter Lytwyniuk

******

Aurora di atas danau Pingvallavatn

1424605576_a65c09b84a_o_small.jpg

Foto Oleh brother LalliSig

******

Aurora Borealis

368404428_a9205c8489_o_small.jpg

Foto Oleh brother Ivar G

Aurora Northern Lights muncul bersamaan dengan bulan purnama

aurora_smallnew.jpg

Foto Oleh brother jack4pics

******

Aurora Borealis di atas pegunungan Talkeetna, Alaska

aurora2_small.jpg

Foto Oleh brother jack4pics

******

******

******

polarlicht_2_small.jpg

Foto-foto Aurora di atas adalah foto yang diambil dari bumi, bagaimanakah foto Aurora yang diambil dari luar angkasa? Berikut ini adalah foto-foto Aurora dari luar angkasa.

aurora_img_2005254_small.jpg

Aurora Australis terlihat di Kutub Selatan pada September 11, 2005

Difoto oleh NASA’s IMAGE satellite

******

aurora-borealis_blog.jpg

Aurora Borealis terlihat dari Pesawat Antariksa Atlantis pada misi STS-117

Kamis, 10 Desember 2009

Dari Manakah Asal Kehidupan di Bumi?

Bagaimana kehidupan di Bumi bisa muncul? Apakah sup organik di Bumi saja yang menjadi benih kehidupan itu? Ataukah bahan lainnya seperti asam amino dihantarkan ke Bumi oleh tabrakan meteorit besar-besaran di masa lalu?

Hujan Meteor di masa awal Tata Surya. Ilustrasi artis. Kredit gambar : NASA
Hujan Meteor di masa awal Tata Surya. Ilustrasi artis. Kredit gambar : NASA

Sup organik yang menjadi benih kehidupan di Bumi sepertinya tidak sendirian tapi mendapat bantuan dari luar angkasa. Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Carniege Institution menunjukan adanya konsentrasi tinggi dari asam amino pada dua meteorit yakni 10 kali lebih tinggi dari penelitian sebelumnya untuk meteorit sejenis. Hasil ini menunjukan Tata Surya dini jauh lebih kaya akan materi organik yang bisa membentuk kehidupan dan bisa jadi batuan dari luar angkasa yang jatuh ke Bumi inilah yang menjadi kaldu bagi tumbuhnya kehidupan di Bumi.

Penelitian yang dilakukan oleh Marilyn Fogel dari Carnegie’s Geophysical Laboratory dan Conel Alexander dari Department of Terrestrial Magnetism with Zita Martins of Imperial College London beserta dua koleganya ini akan dipublikasikan di Meteoritics and Planetary Science.

Asam amino merupakan molekul organik yang membentuk tulang belakang protein yang kemudian membentuk berbagai macam struktur dan mengendalikan berbagai reaksi kimia didalamnya termasuk sel kehidupan. Produksi dari protein dipercaya sebagai salah satu langkah awal yang menyusun komponen-komponen penting dalam kehidupan. Para peneliti juga memperkirakan asam amino bisa terbentuk pada beberapa kondisi di awal Bumi, namun keberadaan senyawa-senyawa tersebut pada meteorit -meteorit tertentu justru membawa kita pada kemungkinan lain, yakni ruang angkasa sebagai sumber dari asam amino tersebut. Meteorit yang digunakan dalam penelitian ini diambil di Antartika pada tahun 1992 dan 1995.

Dalam studi asam amino ini, diambil contoh dari 3 meteorit untuk tipe yang jarang yakni CR chondrite, yang diperkirakan mengandung materi organik tertua dan juga paling primitif di meteorit. CR chondrites merupakan meteorit yang memang sudah ada semenjak awal pembentukan Tata Surya. Nah, pada fasa awal sejarah, meteorit ini merupakan bagian dari sebuah objek yang besar yang menjadi induknya, mungkin asteroid yang kemudian terserak akibat tabrakan.

Analisis pada ketiga meteorit ini, satu diantaranya menunjukan kelimpahan asam amino yang rendah sementara 2 meteorit lainnya justru memiliki kandungan asam amino yang sangat tinggi yang pernah ditemukan pada meteorit purba yakni sekitar 180 – 249 ppm (parts per million). Penelitian yang pernah dilakukan pada meteorit primitif lainnya menunjukan secara umum konsentrasi asam amino hanyalah 15 ppm atau kurnag dari itu. Di sisi lain. molekul organik dari sumber exra-terrestrial biasanya memiliki perbandingan isotop karbon yang berbeda dari sumber biologi di Bumi. Dengan demikian para ilmuwan akan bisa memisahkan faktor kontaminasi dari hasil yang mereka dapatkan.

Molekul Organik Ditemukan di Exoplanet

Jauh di luar Tata Surya, telah ditemukan sekitar 400 exoplanet. Pertanyaan menarik yang muncul, apakah mungkin ada planet yang bisa mendukung kehidupan? kalaupun ada apakah di sana ada kehidupan?Para peneliti NASA berhasil mendeteksi senyawa kimia organik di planet gas yang sangat panas. Namun demikian, planet gas ini bukanlah planet yang dapat dihuni meskipun ia memiliki komponen kimia yang jika ditemukan di planet batuan di masa depan, maka planet itu bisa mengindikasikan adanya kehidupan.

atmosfer exoplanet. kredit : NASA

atmosfer exoplanet. kredit : NASA

Menurut Mark Swain dari NASA JPL, Pasadena, Calif, “planet gas ini merupakan planet kedua di luar Tata Surya yang memiliki air, metana dan karbon dioksida dan memiliki potensi untuk terjadinya proses biologi di sebuah planet yang dapat dihuni.” Dengan dideteksinya komponen organik di dua exoplanet justru meningkatkan kemungkinan keberadaan senyawa organik di exoplanet lainnya. Bukan tak mungkin komponen organik menjadi hal umum yang bisa ditemukan di planet.

Hasil penelitian Swain dan rekan-rekannya didapat dari data Tleskp Hubble dan teleskop Spitzer yang mengamati HD 209458b, planet gas raksasa yang lebih besar dari jupiter dan mengorbit bintang serupa Matahari pada jarak 150 tahun cahaya di rasi Pegasus. Sebelumnya, di tahun 2008 mereka juga berhasil menemukan karbon dioksida di planet gas seukuran Jupiter lainnya, HD 189733b. Tak hanya itu, pengamatan awal yang dilakukan Hubble dan Spitzer di kedua planet juga mengungkap keberadaan uap air dan metana.

Pendeteksian dilakukan dengan pengamatan spektroskopi yang dapat memisahkan cahaya ke dalam komponen-komponennya untuk mengungkap tanda-tanda khusus dari setiap komponen kimia yang berbeda. Data dari kamera Hubble dan spektrometer multi obyek mengungkap keberadaan molekul, sedangkan data fotometer Spitzer dan spektrometer inframerah mengukur jumlah kandungannya.

Penelitian ini menunjukkan kalau pendeteksian molekul yang menjadi materi dalam proses kehidupan memang memungkinkan. Saat ini, dari data yang ada, para astronom sudah dapat memulai untuk membandingkan kedua planet tersebut khususnya untuk melihat perbedaan dan kemiripan yang ada di atmosfer. Contohnya, jumlah kelimpahan relatif air dan karbon dioksida di kedua planet memiliki kemiripan, namun HD 209458b memiliki kelimpahan metana yang lebih besar dibanding HD 189733b. Kelimpahan metana ini bisa jadi memiliki arti yang penting dalam pembentukan planet tersebut.

Hal lain yang penting, misi Kepler diperkirakan akan mulai menemukan planet batuan dan diyakini dalam 1 dekade ke depan kita akan bisa menemukan tanda-tanda dari kimia organik di planet batuan tersebut. Tapi yang perlu diingat juga, pendeteksian molekul kimia organik tidak selalu berarti akan ada kehidupan di planet batuan itu. Keberadaan molekul kimia organik tersebut justru dapat memberikan pemahaman yang lebih jauh untuk mengtahui bagaimana planet tersebut mengeliminasi proses yang bukan kehidupan yang dapat memimpin terbentuk molekul kimia organik untuk ada di planet itu.

Ditemukan 32 Exoplanet Baru

Tiga puluh dua exoplanet kembali ditemukan oleh High Accuracy Radial Velocity Planet Searcher atau HARPS, spektrograf untuk teleskop 3,6 meter miik ESO. HARPS saat ini, merupakan alat dengan tingkat presisi paling tinggi dalam menemukan sebuah dunia baru.

Gliese 667, gambar artis. kredit : ESO/L. Calçada

Gliese 667, gambar artis. kredit : ESO/L. Calçada

Hasil penemuan tersebut dipaparkan oleh Stéphane Udry dan rekan-rekannya dalam konferensi exoplanet ESO/CAUP di Porto. Hasil tersebut sekaligus juga meningkatkan jumlah planet bermassa rendah sebanyak 30%. Tak hanya itu, dalam 5 tahun terakhir HARPS telah berhasil menemukan 75 dari 400 exoplanet yang ada saat ini. Dan yang menarik ke-75 exoplanet yang ditemukan tersebut berasal dari 30 sistem keplanetan yang berbeda.

Tingkat presisi HARPS yang tinggi, memungkinkan pencarian planet bermassa Bumi yang dikenal sebagai planet super-Bumi dan planet serupa Neptunus. Dan kali ini, HARPS memfasilitasi penemuan 24 dari 28 planet dengan massa di bawah 20 massa Bumi. Sama halnya dengan planet super-Bumi ssebelumnya, sebagian besar planet yang berkandidat memiliki massa rendah berada dalam sistem multi planet dengan perkiraan sekitar 5 planet per sistem.

Pada tahun 1999, ESO memberi kesempatan untuk pembangunan spektograf resolusi tinggi yang disertai tingkat presisi sangat tinggi untuk teleskop 3,6 meter milik ESO di La Silla, Chile. Saat itu Michel Mayor dari Geneva Observatory memimpin konsorsium untuk membangun HARPS yang kemudian dipasang pada tahun 2003 dan dengan segera melaksanakan tugasnya mengukur gerak bolak balik bintang. Dalam pengamatannya HARPS mendeteksi perubahan kecil dalam kecepatan radial bintang – sampai pada gerak 3,5 km/jam-. Dan tentunya ia sangat berpotensi dalam pengamatan extrasolar planet.

Konsorsium HARPS sendiri diperkenankan untuk memiliki 100 malam pengamatan setiap tahunnya selama 5 tahun dan melakukan pengukuran kecepatan radial pada ratusan bintang yang diperkirakan memiliki sistem keplanetan. Hasil pengamatan HARPS tak hanya menemukan plnaet baru namun juga memberi gambaran baru akan keragaman sistem keplanetan. Dengan demikian para astronom diharapkan dapat memahami pembentukan planet.

Tak bisa dipungkiri program tersebut berhasil sangat baik. Dengan HARPS, Michel Mayor dan timnya berhasil melakukan penemuan-penemuan hebat. Tahun 2004 Mayor dan tim menemukan planet super Bumi pertama (disekeliling µ Ara). Tahun 2006 ditemukan trio Neptunus di sekitar HD 69830. Tahun 2007 ditemukan Gliese 581d – planet super Bumi pertama yang berada dalam zona habitasi bintang bermassa kecil. Dan di tahun 2009, Mayor dan tim kembali menemukan exoplanet paling ringan yang mengelilingi bintang normal. Selain itu ditemukan Gliese 581e dan yang paling baru adalah dunia yang berpotensi diselubungi lava dengan kerapatan mirip dengan Bumi.

Dalam melakukan pengamatan, Konsorsium HARPS sangat selektif saat memilih targetnya. Mereka memilih untuk mlakukan pencarian planet dengan mengamati beberapa bintang serupa Matahari, bintang katai bermassa rendah atau bintang yang memiliki kandungan logam lebih sedikit dari Matahari. Dan dari pengamatan tersebut, jumlah exoplanet di sekeliling bintang katai M meningkat drastis termasuk di dalamnya planet super Bumi dan beberapa planet raksasa yang justru jadi tantangan baru dalam memahami pembentukan planet.

Menurut Xavier Bonfils, salah satu penulis dalam penemuan ini, “dengan mentargetkan bintang katai M, jauh lebih memungkinkan untuk bisa menemukan exoplanet dengan massa dan temperatur super Bumi dan sebagian di antaranya berada dekat atau di dalam zona habitasi di sekitar bintang.”

Tim ini juga menemukan 3 kandidat exoplanet di sekeliling bintang yang kekurangan logam (logamnya hanya sedikit). Bintang tipe ini sebenarnya diperkirakan sangat kecil kemungkinan untuk membentuk planet dari piringan kaya logam di sekeliling bintang muda. Namun, pada bintang tipe miskin-logam ini ditemukan planet dengan massa beberapa massa Jupiter. Penemuan ini jadi penting dalam mempertimbangkan kembali model pembentukan planet.

Apakah Sistem Keplanetan Gliese 581 Layak-Huni?

Selama satu dekade terakhir telah ditemukan 270 sistem keplanetan di luar Tata Surya (exoplanet). Sebagian besar planet ini berupa planet gas dan bermassa kurang lebih setara dengan Jupiter – bahkan lebih. Belakangan, ditemukan juga planet-planet yang lebih kecil. Massanya setidaknya 10 kali massa Bumi, sehingga kemudian disebut sebagai super -Bumi (super-Earth). Istilah super-Bumi sering digunakan untuk menunjuk planet bermassa 2-10 kali massa Bumi. Penggunaan istilah ini agak rancu, karena menyiratkan bahwa planet tersebut berupa batuan dan massa, dan massanya menjadi satu-satunya pembeda dengan Bumi. Namun, planet yang akan menjadi objek pembahasan dalam tulisan ini sangat mungkin berupa icy planet dengan komposisi yang berbeda sama sekali dari komposisi Bumi.

April tahun lalu, sebuah tim internasional yang dipimpin oleh Stephane Udry melaporkan penemuan dua super-Bumi yang mengorbit bintang Gliese 581. Masing-masing bermassa 5 dan 8 kali massa Bumi. Dilihat dari jarak planet tersebut ke bintang induknya, kedua planet menjadi kandidat pertama sebagai planet yang berpotensi “layak-huni”.

Semenjak penemuan ini, beberapa grup peneliti telah mengkaji kelayakhunian dua super-Bumi tadi. F. Selsis dkk. memodelkan atmosfer planet dan meninjau apa yang terjadi ketika planet berada di jarak-jarak tertentu dari bintang induknya. Jika posisi planet terlalu dekat, air akan habis menguap sehingga tidak akan ada bentuk kehidupan seperti yang ada di Bumi. Jarak terjauh dari bintang yang memungkinkan untuk muncul dan/atau bertahannya bentuk kehidupan adalah batas jarak ketika CO2 tak lagi mampu menghasilkan efek rumah kaca yang cukup untuk mempertahankan temperatur permukaan planet di atas titik beku air. Kita masih belum bisa menentukan batas/jarak kelayakhunian ini dengan pasti, karena belum bisa memodelkan awan yang melingkupi planet secara mendetail. Sebenarnya, di Tata Surya kita sendiri pun keterbatasan ini muncul. Dari studi iklim, diindikasikan batas-dalam zona layak-huni berada di sekitar 0.7-0.9 AU sedangkan batas-luar berada di antara 1.7-2.4 AU.

Sementara itu, W. Von Bloh dkk. meninjau zona layak-huni yang memungkinkan planet serupa Bumi bisa melangsungkan fotosintesis. Proses ini tentu saja bergantung pada “bahan baku” planet, yakni konsentrasi CO2 dan keberadaan air berwujud cair. Model yang diketengahkan von Bloh mengandung aspek utama kesetimbangan yang terus terjaga antara kandungan CO2 di atmosfer dan lautan, dengan proses pelepasan gas tersebut melalui proses tektonik. Kesetimbangan inilah yang menyebabkan temperatur di Bumi tidak sepanas Venus ataupun sedingin Mars. Sedang. Dan, layak-huni! Di dalam model von Bloh, kemampuan planet mempertahankan keberlangsungan fotosintesis sangat bergantung pada usia planet. Pada planet yang terlalu tua, keadaan geologinya tidak akan aktif, artinya tidak akan terjadi aktivitas tektonik maupun vulkanik. Dengan demikian, proses pelepasan CO2 terhambat dan pada akhirnya planet tidak lagi layak-huni.

Ilustrasi yang menjelaskan bagaimana CO2
Ilustrasi yang menjelaskan bagaimana CO2
Ilustrasi batas-batas zona layak-huni hasil perhitungan tim Selsis dan von Vloh. Gambar paling atas menunjukkan zona layak-huni di sekitar Matahari. Garis merah menunjukkan batas-luar untuk kasus ekstrem. Batas yang sebenarnya terletak di suatu tempat di antara 1.7 hingga 2.4 AU. Garis hijau menunjukkan batas berdasarkan perhitungan von Bloh. Gambar tengah melukiskan batas-batas zona layak-huni sistem keplanetan Gl 581 menurut model Selsis dkk. Gambar paling bawah mengilustrasikan batas-batas zona layak-huni menurut model von Bloh untuk planet berumur 5, 7, dan 9 milyar tahun. Perkiraan terakhir menunjukkan Gl 581 berumur 7 milyar tahun. Garis horizontal berwarna ungu di sekitar planet Gl 581c dan Gl 581d menunjukkan rentang jarak dari bintang yang berubah-ubah akibat bentuk orbitnya yang lonjong. (Diadaptasi dari A&A press release)
Ilustrasi batas-batas zona layak-huni hasil perhitungan tim Selsis dan von Vloh. Gambar paling atas menunjukkan zona layak-huni di sekitar Matahari. Garis merah menunjukkan batas-luar untuk kasus ekstrem. Batas yang sebenarnya terletak di suatu tempat di antara 1.7 hingga 2.4 AU. Garis hijau menunjukkan batas berdasarkan perhitungan von Bloh. Gambar tengah melukiskan batas-batas zona layak-huni sistem keplanetan Gl 581 menurut model Selsis dkk. Gambar paling bawah mengilustrasikan batas-batas zona layak-huni menurut model von Bloh untuk planet berumur 5, 7, dan 9 milyar tahun. Perkiraan terakhir menunjukkan Gl 581 berumur 7 milyar tahun. Garis horizontal berwarna ungu di sekitar planet Gl 581c dan Gl 581d menunjukkan rentang jarak dari bintang yang berubah-ubah akibat bentuk orbitnya yang lonjong. (Diadaptasi dari A&A press release)

Gambar di atas menunjukkan zona layak-huni di sekitar Matahari dan Gl 581 menurut perhitungan Selsis dan von Bloh. Hasil dari kedua tim menunjukkan bahwa tampaknya planet Gl 581 c tidak layak-huni, karena berada terlalu dekat dengan bintang induknya. Sebaliknya, planet Gl 581 d bisa jadi layak-huni walaupun kondisinya kurang mendukung untuk munculnya kehidupan kompleks. Planet ini mengalami apa yang disebut tidally locked. Sebagai gambaran apa akibat tidally locked, kita bisa meninjau sistem Bumi-Bulan. Kita lihat bagian Bulan yang menghadap ke Bumi selalu sama. Demikian juga dengan si planet d ini. Bagian yang sama akan selalu menghadap bintang yang diorbitinya. Perbedaan temperatur antara bagian siang (bagian yang menghadap bintang) dan bagian malam (bagian yang membelakangi bintang) besar sekali. Akibatnya, tiupan angin kencang pun tak terhindarkan. Tampaknya, bentuk kehidupan yang muncul di planet ini akan tumbuh berkembang dalam iklim yang tidak wajar.

Selain itu, kedua planet mempunyai orbit yang lonjong (eksentrik); jarak ke bintang menjadi berubah-ubah. Karena berada relatif dekat ke bintang induk, waktu yang diperlukan untuk mengelilingi bintang otomatis lebih singkat, yakni 12,9 hari untuk Gl 581 c dan 83,6 hari untuk Gl 581 d. Tampak dari gambar bahwa planet d di kala tertentu berada di luar zona layak-huninya selama perjalanannya mengelilingi bintang induk. Namun, planet ini masih akan layak-huni kalau atmosfernya cukup tebal. Bagaimanapun, kondisi yang menentukan kelayakhunian planet Gl 581 d mestinya sama sekali berbeda dengan apa yang kita ketahui di Bumi.

Lepas dari nada yang agak pesimistis di atas, kemungkinan salah satu planet tersebut layak-huni tetap menarik karena bintang induknya merupakan sebuah katai merah, bintang dengan kelas spektrum M. Sekitar 75% bintang yang menghuni Galaksi kita merupakan bintang kelas M. Bintang-bintang kelas ini berumur panjang (mencapai puluhan milyar tahun), stabil, dan mampu membakar hidrogen sebagai bahan bakarnya. Dulu, bintang kelas ini dipandang sebelah mata untuk memiliki planet. Sebab pertamanya adalah planet (seandainya ada) yang berada di zona-layak huni di sekitar bintang yang bersangkutan akan mengalami tidally locked. Akibatnya, atmosfer di bagian malam akan membeku untuk selamanya. Alasan kedua berkaitan dengan aktivitas magnetik dahsyat yang menimbulkan flare dan lontaran sinar X dan UV luar biasa yang sanggup menyapu atmosfer planet. Meskipun demikian, secara teoretis bintang kelas M tidak bisa dihapus begitu saja dari kemungkinan memiliki planet. Bagi para astronom, mendeteksi planet yang berada di zona-layak huni bintang kelas M lebih mudah dideteksi daripada yang berada di sekitar bintang sekelas Matahari (kelas G).

Satu hal yang jelas: hasil kedua tim peneliti menegaskan bahwa Gliese 581c dan Gli 581d akan menjadi target utama bagi misi ESA/NASA yang akan datang, yaitu Darwin/Terrestrial Planet Finder (TPF), yang didedikasikan untuk mencari kehidupan di planet yang serupa Bumi. Wahana-wahana tersebut akan mampu menentukan sifat atmosfer.

Dua pandangan yang berbeda dari Selsis dan von Bloh. H. Beust dkk. ini belum cukup untuk meninjau kestabilan dinamis sistem keplanetan Gl 581. Tinjauan semacam ini penting untuk mengetahui bagaimana evolusi orbit mempengaruhi iklim planet. Di Tata Surya, gangguan gravitasional antarplanet menyebabkan orbit Bumi secara periodik berubah dari lingkaran sempurna menjadi agak lonjong. Perubahan ini cukup untuk memicu terjadinya pergantian zaman es dan zaman yang lebih hangat. Perubahan orbit yang drastis justru akan menghalangi munculnya kehidupan. Beust membuat simulasi sistem Gl 581 untuk berevolusi hingga 100 juta tahun ke depan. Hasil simulasi menunjukkan sistem stabil dan ternyata, terjadi perubahan orbit periodik yang tidak berbeda jauh dengan apa yang dialami Bumi. Artinya, iklim di kedua super-Bumi diharapkan stabil, sehingga setidaknya tidak menghalangi kehidupan berkembang di sana, meskipun kesimpulan ini juga tidak membuktikan bahwa kehidupan memang ada di planet tersebut.
Sumber: Journal Astronomy and Astrophysics press release

Supernova Dalam Teori Itu Benar – Benar Ada

Para astronom berhasil mengidentifikasi supernova jenis baru yang pada awalnya hanya bisa diprediksi oleh teori dan belum pernah ada contoh yang bisa diamati. Supernova yang sedang meledak ini ditemukan para peneliti dari Berkeley ternyata memiliki ledakan yang sebelumnya hanya bisa diperhitungkan secara teoretis.

aliran massa di antara bintang katai putih. kredit : Tony Piro


Dua tahun yang lalu, Lars Bildsten, profesor dari UCSB’s Kavli Institute for Theoretical Physics (KITP), beserta koleganya memprediksi keberadaan tipe baru dari supernova di galaksi jauh yang mereka sebut sebagai mekanisme tipe .Ia (koma Ia). Mekanisme ini diperkirakan melibatkan peledakan helium di katai putih yang melontarkan selubung kecil material. Ledakan teoretis ini diprediksi akan lebih redup dari sebagian besar supernova dan kecerlangannya akan mengalami naik turun hanya dalam beberapa minggu.

Perkiraan ini ternyata mendapat respon para astronom kalau supernova dengan perilaku seperti itu belum pernah terlihat. Nah, menurut Bildsten, saran yang ia berikan adalah teruslah mencari.

Adalah Dovi Pozananski, postdoctoral dari UC Berkeley yang menemukan supernova jenis ini dari hasil pengamatan yang ia lakukan pada tahun 2002, 7 tahun yang lalu. Supernova 2002bj yang ditemukan Dovi Pozanski dan kawan-kawannya ini memang memiliki kategori tersendiri karena spektrum yang dihasilkan menunjukan kalau ia berevolusi sangat cepat dan menghasilkan kombinasi elemen yang tidak umum.

Pada umumnya, supernova diklasifikasikan berdasarkan spektrum garis emisinya. Ada 2 tipe utama dalam pembagian kelas Supernova, yakni Tipe I dan tipe II. Supernova tipe I spektrumnya sukar ditafsirkan dan memiliki magnitudo mutlak mencapai 16, sedangkan supernova tipe II memiliki kecerlangan kira-kira 2 magnitud lebih lemah dengan spektrum mirip nova namun memiliki garis emisi lebih lebar dan kecepatan pelontaran yang lebih besar. Kedua tipe utama dalam supernova juga diperkirakan berasal dari ledakan bintang katai putih atau keruntuhan bintang masif.

Sebagian besar bintang memang mengakhiri hidupnya menjadi bintang katai putih dengan massa setara massa Matahari namun ukuran setara dengan radius Bumi. Akibatnya bintang itu menjadi sangat padat. Meskipun padat, obyek-obyek ini terbentuk dari campuran karbon dan oksigen ataupun dari helium murni, akan mengalami pendinginan dan temperaturnya demikian rendah sehingga tidak dapat menyokong terjadinya reaksi fusi. Nah pada kondisi tertentu dan memang cukup langka, dua obyek ini akan berada sangat dekat, saling mengorbit hanya dalam beberapa menit, seperti layaknya bintang ganda. Pada kondisi tersebut, akan terjadi aliran massa, dan disini heliumnya mengalir dari satu bintang katai putih ke bintang lainnya dan terakumulasi pada bintang katai putih yang lebih masif.

Peristiwa yang cukup langka ini kemudian memicu terjadinya kondisi yang sangat unik yakni pembakaran ternonuklir yang sangat eksplosif dan terjadilah lontaran lautan kelium yang sudah terakumulasi tadi. Elemen radioaktif yang tidak umum terbentuk berlebihan dalam peleburan yang sangat cepat justru memicu terjadinya cahaya terang yang tampak pada materi tersintesa dan baru akan berakhir setelah beberapa minggu.
Peristiwa yang menimbulkan terang dari ledakan termonuklir di bintang katai putih memang sudah dikenal selama beberapa dekade dan digolongkan sebagai supernova tipe Ia. Mereka biasanya lebih terang dari seluruh galaksi selama lebih dari satu bulan dan sangat berguna dalam melakukan studi kosmologi. Kejadian yang diprediksi Bildsten dan kolaboratornya hanya memiliki kecerlangan satu per sepuluh untuk satu per sepuluh waktu dan kemudian dikenal sebagai supernova tipe .Ia (koma Ia).

Supernova 2002bj yang ditemukan Pozanski cocok dengan kriteria supernova tipe .Ia yang belum pernah teramati sebelumnya tersebut. Supernova 2002bj merupakan supernova yang berevolusi sangat cepat, sekitar 3-4 kali lebih cepat dari supernova pada umumnya dan kemudian menghilang dalam 20 hari. Kecerlangannya langsung redup begitu saja. Menurut Poznanski seperti yang ia sampaikan pada Universe Today, ia sebenarnya tengah mencari Supernova Tipe II saat ia kemudian menemukan 2002bj. Reaksi pertamanya adalah kebingungan sampai kemudian ia menemukan kalau supernova yang ia lihat cocok dengan tipe .Ia. Ponanzki dan timnya kemudian melakukan analisa ulang dari data mereka untuk mendapatkan lebih banyak kepastian.

Ledakan yang dilihat pada 2002bj memang berbeda jika dibanding dengan ledakan pada tipe Ia, karena bintang katai putih lolos dari ledakan selubung helium. Pada kenyataannya, ada kemiripan dari 2002bj dengan nova dan supernova. Nova terjadi saat materi – dalam hal ini hidrogen- runtuh ke dalam bintang dan terakumulasi dalam selubung sehingga mengalami pembakaran singkat saat ledakan termonuklir. Nah, si 2002bj ini adalah “super” nova yang menghasilkan energi 1000 kali dari nova standar.

Apakah Ada Planet di Bintang VB 10?

Bulan Mei 2009, para astronom bergembira karena akhirnya untuk pertamakalinya teknik astrometri berhasil digunakan untuk menemukan sebuah planet baru dengan massa 6 massa Jupiter mengitari bintang VB 10 di rasi Aquilla, pada jarak 20 tahun cahaya.

Planet VB 10b menghilang. Kredit : NASA


VB 10 merupakan sebuah bintang yang sangat kecil, yang dikenal sebagai bintang katai M (bintang merah) dan memiliki massa hanya satu per tiga belas dari massa Matahari. Bintang ini hanya cukup besar untuk bisa melakukan reaksi fusi pada atom-atom di intinya dan bersinar dengan cahaya bintang yang cukup. Atau dengan kata lain, jika ukurannya lebh kecil sedikit lagi, maka bintang ini tak akan bisa memiliki reaksi fusi di intinya.

Yang menarik, selama bertahun-tahun VB 10 dikenal sebagai bintang terkecil yang sudah diketahui. Dan sekarang VB 10 justru dilabeli lagi sebagai bintang terkecil yang diketahui memiliki planet. Faktanya, meski si bintang ini lebih masif dari planet yang ditemukan mengelilingi dirinya, tapi sebenarnya kedua benda ini tampak hampir sama. Planet ini menjadi sebuah kebangkitan dan pembuktian sekaligus angin segar kalau astrometri bisa digunakan dalam pencarian exoplanet. Setidaknya demikianlah berita penemuan sekaligus berita gembira yang dibawa oleh Steven Pravdo dari Jet Propulsion Laboratory di Pasadena, California saat mengabarkan penemuan exoplanet VB 10b yang diamati dengan teleskop di Observatorium Palomar di California selatan.

Planet VB 10b yang menghilang
Tapi.. di balik semua kegembiraan itu, sebuah berita mengejutkan datang menghampiri. Planet VB 10b yang seharusnya megorbit bintang VB 10 itu tidak ada lagi. Apakah ia menghilang? Kalau benar planet itu tidak ada… ini juga sbeuah pukulan bagi strategi pencarian planet yang kita kenal sebagai teknik astrometri.

Setelah Steven Prado dari JPL mengumumkan penemuannya, ada kelompok peneliti lain dari Georg-August University, Gottingen, Jerman, yang mengamati bintang yang sama dengan pendekatan berbeda dan tidak menemukan apapun. Adalah jacob Bean dan rekan-rekannya yang kembali melakukan pengamatan VB 10 dengan menggunakan teknik kecepatan radial, sebuah teknik pencarian exoplanet yang sudah berhasil menemukan ratusan planet di berbagai bintang. Hasilnya, “Planet itu tidak ada di sana,” kata Bean.

Pengukuran dengan teknik kecepatan radial biasanya memanfaatkan pita tampak pada spektrum elektromagnetik. Namun dikarenakan VB10 merupakan bintang yang sangat redup, ia hanya bisa diamati dalam panjang gelombang inframerah. Untuk itu, Bean meletakkan sel gas yang diisi amonia pada jalur cahaya bintang, sehingga ia bisa mengkalibrasi Very Large Telescope di Chile yang ia gunakan untuk mengamati pada infra merah.

Bean sendiri mengharapkan mereka bisa mendapatkan sejumlah perubahan yang signifikan pada data yang mereka miliki seandainya planet itu ada di sana. Dan sayangnya mereka tak melihat adanya perubahan itu, yang artinya lagi exoplanet VB 10b itu menghilang atau tidak ada di luar sana.

Perdebatan Yang Muncul
Hasil pengamatan Jacob Bean dan kawan-kawannya ini justru membawa perdebatan baru tentang penemuan planet VB 10b tersebut. Bahkan menurut Steven Pravdo, Bean dan koleganya mungkin saja benar namun mereka terlalu berlebihan dalam penolakan terhadap kandidat planet yang ditemukan Pravdo (VB 10b).

Salah satunya menurut Pravdo, di dalam paper yang ditulis oleh Bean, ia tidak memperhitungkan keberadaan planet dengan massa setidaknya 3 kali lebih masif dari Jupiter, sehingga pekerjaannya hanya terbatas pada orbit tertentu untuk kemungkinan planet yang ada dan bukan untuk semua planet.

Nah, Bean kemudian menyanggah bahwa astrometri merupakan teknik pengamatan yang sangat sulit untuk diterapkan pada exoplanet. Hal ini disebabkan oleh atmosfer Bumi yang bisa menyebabkan terjadinya distorsi sehingga mempengaruhi pengukuran.

Menurut Alessandro Sozzetti, salah seorang pakar dalam astrometri di Observatorium Turin, Italia, “Astrometri bergantung pada pengamatan bintang-bintang pada satu bidang langit yang memiliki jarak yang sama dengan bintang yang menjadi target, sebagai bintang kalibraso. Dan ini bisa jadi sangat sulit meskipun kita memiliki satu set bintang referensi yang baik. Masih ada keterbatasan lainnya yakni efek atmosfer yang menyebabkan terjadinya variasi waktu pada periode sinyal gerak bintang-bintang.

Pendapat lain datang juga dari Alan Boss, salah satu ahli exoplanet di Carnegie Institution of Washington. Ia menyatakan bahwa apa yang dinyatakan Jacob Bean bisa saja terjadi. Ia kemudian mengacu pada kejadian tahun 1963 saat astronom Belanda, Piet van de Kamp, menggunakan teknik astrometri dan menyatakan kalau ia menemukan 2 planet mengorbit bintang Barnard. Penemuan ini kemudian tidak disetujui satu dekade kemudian. Nah, perdebatan seputar planet VB10 merupakan contoh lain dari sulitnya mendeteksi planet extrasolar dengan menggunakan teleskop landas Bumi.

Misi Masa Depan
Tak bisa dipungkiri, para astronom memang mengharapkan astrometri bisa bekerja lebih baik lagi meskipun ada efek dari atmosfer khususnya dalam pencarian planet di luar Tata Surya ini. Di masa depan ada dua misi ruang angkasa yang akan bekerja dalam pencarian planet-planet baru, yakni GAIA milik ESA yang akan diluncurkan tahun 2012 dan Space Interferometry Mission milik NASA yang masih belum ditentukan tanggal peluncurannya.

Keduanya akan menggunakan teknik untuk mencari planet seukuran Bumi di sekitar bintang sekelas Matahari. Secara signifikan astrometri bisa menunjukkan pada kita massa sebuah planet sedangkan teknik kecepatan radial hanya bisa memberikan batas minimum massa sebuah planet.

Untuk kasus keberadaan VB 10b, Bean mengakui suatu hari astronom bisa saja menemukan planet di sekitar bintang VB10 jika mereka mencari dengan seksama dan lebih mendetil lagi pada bintang tersebut, dan mencari dengan sangat keras.

Pelajaran berharga untuk kasus VB 10 menurut Alan Boss adalah, dibutuhkan data berkualitas tinggi untuk memastikan keberadaan sebuah exoplanet.

Danau Matano, Pesona Wisata Baru Yang Akan Segera Berkilau



KapanLagi.com - Danau Matano terletak di kota kecil Sorowako, sekitar 600 km Barat Daya Makassar, Sulawesi Selatan. Tiba disana pengunjung akan disambut air danau yang membiru, nyaris tanpa riak. Air danau itu begitu jernih sehingga dasar danaunya terlihat jelas. Siapa saja yang melihatnya, serasa tidak bisa menahan diri untuk tidak terjun ke dalam air menikmati kesegaran dan jernihnya air danau ini.

Pesona danau ini begitu menggoda. Alamnya yang begitu indah dan sejuk dengan hutan yang rimbun di tepi danau. Belum lagi pengunjung bisa berenang dan berendam di sekitar Pulau Kucing. Disebut begitu karena dari kejauhan pulau di pinggiran danau itu tampak berbentuk Kucing.

Melakukan rafting di danau seluas 16.408 hektar yang terletak sekitar 600 meter di atas permukaan laut ini merupakan kegiatan wisata yang paling banyak dilakukan warga sekitar, khususnya para karyawan perusahaan nikel terbesar di dunia PT. Inco yang berada di dekat lokasi tersebut.

Bagi masyarakat di sana, berenang atau rafting sudah merupakan kegiatan rutin. Air danaunya yang jernih dan bersih bahkan dianggap lebih indah dan menarik dari kolam renang. Belakangan berita keindahan danau ini semakin menyebar, bukan warga Sorowako saja yang kerap berenang di danau yang terletak di kawasan Pegunungan Verbeek ini. Warga dari sejumlah kota di Sulawesi Selatan mulai banyak berdatangan untuk menikmati air danau yang tetap jernih meski di sekitarnya masih ada ribuan hektare lahan terbuka yang sedang atau bekas ditambang tapi belum direklamasi.

Lihat Gambar

Itulah sebabnya, para karyawan PT Inco kini makin banyak membuat rakit-rakit (raft) yang terbuat dari dua potong pipa besi berdiamater sekitar 50 sampai 60 cm dengan ditutupi tenda yang ditata apik serta satu atau dua mesin pendorong di belakangnya.

Di danau ini terdapat sejumlah pantai yang cukup asyik untuk dijadikan tempat berenang seperti Pantai Ide di Pontada dan Pantai Kupu-kupu di Salonsa. Kedua pantai itu masuk dalam kawasan permukiman karyawan PT Inco, yang berjarak sekitar dua kilometer dari Sorowako. Pantai Kupu-kupu lebih banyak digunakan karyawan ekspatriat PT Inco dan tamu-tamu khusus perusahaan untuk berenang atau snorkeling.

Menariknya lagi berenang di semua pantai di danau ini gratis, tidak perlu merogoh kocek sebab tidak ada pungutan retribusi. Kecuali kalau ingin menggunakan raft, harus keluar beberapa ratus ribu rupiah untuk menyewa raft satu-dua jam menyusuri danau ini.

Mulai dikembangkan

Upaya menjadikan Danau Matano sebagai salah satu obyek wisata menarik di Luwu Timur telah mulai dikembangkan dengan dukungan besar dari PT. Inco yang menambang potensi nikel di pinggiran danau itu sejak tahun 1970-an.

Pihak Inco sendiri telah membangun beberapa sarana bagi warga untuk menikmati danau itu seperti sebuah jembatan kayu yang menjorok sekitar 100 meter ke danau di Pantai Ide. Tempat ini selalu ramai dikunjungi warga, khususnya warga lokal setiap sore atau hari libur untuk berenang dan snorkeling.

Dengan panorama indah yang dikelilingi hutan perawan Pegunungan Veerbec, Danau Matano kini menjadi tujuan wisata yang memikat. Selain renang dan rafting, danau yang tenang ini juga menjadi lokasi yang tepat untuk berbagai jenis olahraga air seperti layar, ski air, kano dan menyelam. Karena itu, PT Inco dan Pemkab Luwu Timur makin gencar menggelar berbagai kegiatan wisata di danau dan sekitarnya.

Diantaranya dengan diselenggarakannya kegiatan renang terbuka Danau Matano bulan Juni 2006, hasil kerjasama PT Inco, Pemkab Lutim dan Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) menempuh jarak 7.500 meter melintasi danau terdalam ke-8 di dunia ini. Rutenya yakni dari Desa Nuha di sebelah barat menuju Pantai Ide, Sorowako di sebelah Timur.

Danau ini tergolong istimewa karena tidak semua danau layak dijadikan ajang lomba renang perairan terbuka. Namun airnya yang tenang dan jernih karena bersumber dari ribuan mata air, membuat danau ini diberi kepercayaan menjadi tempat penyelenggaraan renang terbuka seperti halnya Danau Toba di Sumatera Utara.

Beberapa kegiatan bertaraf lokal juga rutin diselenggarakan di Sorowako seperti lomba perahu dayung dan sunday market yang diiringi dengan hiburan band dan tari-tarian tradisional daerah dan bersifat massal yang disebut modero.

Lingkungan Terjaga

Airnya yang tetap jernih telah menjadi salah bukti bahwa lingkungan di sekitar danau tetap terpelihara dengan baik, meski PT. Inco telah melakukan penambangan dan pengolahan nikel sejak hampir 40 tahun lalu di tempat ini.

Dari atas pesawat yang terbang rendah di atas danau menjelang pendaratan di Bandara Sorowako, milik perusahaan nikel itu, tampak jelas seluruh bagian danau dengan air yang membiru, tanpa sedikitpun yang kelihatan keruh atau berwarna kuning dan kecoklatan.

Padahal, di sebelah Timur danau itu, tampak pula lahan-lahan yang menganga karena sedang atau baru saja selesai ditambang, tetapi untungnya tidak sedikitpun mengalirkan air keruh ke dalam danau.

Nama Matano sendiri berasal dari Bahasa Dongi (Bahasa asli Sorowako) yang berarti mata air. Danau ini terbentuk dari ribuan mata air yang muncul akibat gerakan tektonik, lipatan dan patahan kerak bumi yang terjadi di sekitar daerah litosfir yang membutuhkan waktu lama untuk terisi oleh air dan membentuk danau sekitar empat juta tahun yang lalu.

Di kawasan Sorowako, juga terbentuk dua danau lainnya yakni Danau Mahalona dengan kedalaman sekitar 60 meter dan Danau Towuti dengan kedalaman 200 meter. Air yang mengalir dari Danau Matano dialirkan melalui Sungai Larona ke Danau Mahalona kemudian ke Danau Towuti dan selanjutnya menuju muara melalui Sungai Malili dan berakhir di Laut Bone.

Yang paling membanggakan dari banyak keunikan danau ini adalah tidak terjadinya perubahan yang signifikan terhadap ekosistem danau sejak tahun 1930-an hingga saat ini. Karena kekhasannya itulah, beberapa ilmuwan menilai Danau Matano patut diusulkan menjadi world heritage atau warisan dunia.

Untuk menjangkau danau ini, para pengunjung harus menempuh perjalanan darat menggunakan bus-bus ber-AC selama sekitar 12 jam dari Makassar, ibukota Provinsi Sulsel. Bisa pula menggunakan pesawat DASH-7 berkapasitas sekitar 50 penumpang yang dicarter khusus PT. Inco untuk memperlancar aksesibilitas ke Sorowako baik untuk kepentingan perusahaan maupun masyarakat lainnya.

Penerbangan pesawat yang dikelola PT. Dirgantara Air Service (DAS) itu dilakukan sekali sehari dari Bandara Hasanuddin Makassar pukul 12.00 Wita sedangkan penerbangan dari Sorowako ke Makassar setiap pukul 06.30 Wita dengan waktu tempuh sekitar 85 menit

Rabu, 09 Desember 2009

sdikit about geosains

Geosains adalah ilmu yang mempelajari bumi sebagai anggota planet dalam tata surya. Lingkup geosains meliputi bumi dalam tata surya, bumi bagian gas atau atmosfer, bumi bagian cair atau hidrosfer, bumi bagian padat atau litosfer dan fenomena fisis yang terjadi di bumi. Geosains menekankan interaksi manusia dengan alam dalam lingkup fenomena fisis.

Tata surya terdiri atas Matahari dan 9 planet yang mengelilinginya yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto, serta benda planet lainnya seperti satelit, asteroit, komet dan meteor. Setiap planet diikuti oleh benda langit yang lebih kecil disebut satelit. Dari 9 planet di dalam tata surya, hanya Merkurius dan Venus yang tidak memiliki satelit.

Asteroid berjumlah ribuan, sebagian besar berada dalam ruang antara lintasan Mars dan Jupiter pada jarak antara 3 - 4 kali jarak rata-rata Matahari - Bumi. Asteroid tidak berbentuk bulat seperti planet melainkan berbentuk bongkahan dengan sisi yang tidak terdeskripsi secara geometris. Kadang-kadang asteroid disebut planetoid yang asal muasalnya masih diperdebatkan hingga saat ini. Asteroid pertama kali ditemukan pada tanggal 1 Januari 1801 oleh Piazzi dan diberi nama Ceres.

Komet biasa disebut juga dengan bintang berekor. Ekor komet merupakan bagian dari kepala komet yang terhembus dari tempatnya akibat gaya dorong Matahai yaitu radiasi dan angin Matahari (solar wind). Energi ini yang menyebabkan ekor komet selalu menjauhi matahari. Meteor adalah fenomena emisi cahaya dalam atmosfer bumi. Meteor sering disebut bintang jatuh.

Model tata surya:

  1. Model Geosentris

Lebih dari 2000 tahun yang lalu telah diterima model sistem matahari geosentris yang dikemukakan oleh ahli astronomi Yunani kuno, Hipparchus pada tahun 140 Sm (sebelum masehi). Dalam model geosentris dikemukakan bahwa Matahari, bintang, planet dan bulan bergerak mengelilingi bumi. Teori ini kemudian dikembangnkan oleh Claudius Ptolemaeus sekitar tahun 150 TM (tarik masehi) yang disebut teori Ptolemaeus.

  1. Model Heliosentris

Ahli astronomi Yunani, Aristarchus (310 - 230 SM), pernah menyarankan bahwa matahari mungkin berada pada pusat alam semesta dan bumi mengitarinya. Konsep heliosentris ini belum mendapat tempat dalam bidang astronomi. Baru pada tahun 1543 terjadi revolusi ilmiah besar-besaran karena Copernicus (1473 - 1543) mengganti model Geosentris dengan model Heliosentris yang lebih sederhana.

Bumi diperkirakan lahir 4,5 milyar tahun yang lalu. Umur bumi dapat diperkirakan dengan ditemukannya materi radioaktif. Bumi berotasi mengelilingi sumbu imaginernya dengan periode 23 jam 56 menit dan berotasi dari barat ke timur, akibatnya benda-benda langit tampak melakukan peredaran semu dari timur ke barat. Bumi juga melakukan revolusi mengelilingi matahari dengan periode 365,3 hari. Pada tanggal 21 Maret dan 23 September kedudukan matahari tepat di ekuator disebut ekinoks. Pada tanggal 22 Juni dan 22 Desember keduduka matahari berada paling jauh dari ekuator disebut Solstis.

Planet-planet yang berada diantara Matahari dan bintang berevolusi terhadap matahari dengan orbit berbentuk lingkaran. Model Copernicus tentang orbit planet kemudian disempurnakan oleh Johannes Keppler (1571 - 1630) yang menjadikan orbit planet bukan lingkaran tetapi elip.

Selama planet berevolusi mengelilingi Matahari, yang disebut tahun laneter, jarak antara planet dan Matahari berubah. Bila planet mendekati matahari dikatakan planet berada pada perihelion (bahasa Yunani Peri artinya disekitar atau dekat, dan Helios artinya Matahari). Sebaliknya bila planet berada pada jarak terjauh dari matahari dikatakan planet berada pada Aphelion (bahasa Yunani Ap artinya jauh). Bumi berada pada Aphelion dalam bulan Juli dan Perihelion dalam bulan Januari.

Empat planet yang terdekat dengan matahari yaitu Merkurius, Venus, Bumi dan Mars disebut planet dalam dan planet sisanya yaitu jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto disebut planet luar. Pluto belum pasti planet, beberapa ahli astronomi percaya bahwa pluto adalah sebuah satelit Neptunus yang terlepas. Semua planet berevolusi mengelilimgi Matahari dalam ara yang sama. Semua planet kecuali Uranus berotasi dalam arah yang sama disekitar sumbunya. Semua orbit planet kecuali Merkurius dan Pluto terletak dalam bidang yan sama. Bidang orbit bumi disebut ekliptika.

Dari kenyataan bahwa planet-planet terletak hampir pada bidang datar disekitar matahari, maka pembentukkan tata surya, yaitu planet-planet menurut hipotesisi teori lahir Matahari atau difuga kelahiran itu dari ujud yang sama dengan Matahari.

  1. Hipotesis kabut atau teori Kondensasi (pengentalan)

Teori yang terkenal dengan pembentukan Matahari dan planet-planet didasarkan pada hipotesis kabut (Nebular). Teori ini yang pertama kali dikemukakan oleh ahli filosofi Jerman, Immanuel Kant pada tahun 1755, kemudian dikembangkan oleh ahli matematika Perancis, Pierre Laplace pada tahun 1796.

Menurut hipotesis kabut, matahari dan planet-planet berasal dari kabut pijar yang berpilin di dalam jagad raya. Akibat perputaran, sebagian massa kabut terlepas dan membentuk gelang-gelang disekeliling bagian utama gumpalan kabut tersebut. Gelang itu lambat laun membentuk gumpalan yang kemudian memadat menjadi planet.

  1. Teori Planetisial

Pada awal abad ke 20, dua orang ilmuan Amerika TC Chamberlain (1843 - 1928) dan FR Moulton (1872 - 1952), mengemukakan teori Planetisimal. Menurut teori mereka, didalam kabut terdapat material padat yang berhamburan, yang disebut Planetisimal. Benda-benda padat ini kemudian saling menarik dengan gaya tariknya masing-masing dan lambat laun terbentuk gumpalan besar yang disebut planet.

  1. Teori Vorteks dan Protoplanet

Teori Planetisimal dan teori modern pada dasarnya berawal dari hipotesisi kabut Kant dan Laplace. Teori modern dikembangkan oleh teori ini. Pertama, Nebula (kabut) mula-mula bergolak (turbulen), tidak diam. Gerakan nebula ini membantu pembentukan planet. Kedua, pembentukan planet sekurang-kurangnya melalui dua proses yaitu pembentukan Planetisimal dan Protoplanet (gumpalan kabut gas).

Menurut Von Weiszacker, Nebula terdiri atas vorteks-vorteks (pusaran-pusaran) yang merupakan sifat gerakan gas. Gerakan gas dalam Nebula menyebabkan pola sel-sel yang bergolak (turbulen). Pada batas antar sel-sel turbulen, terjadi tumbukan antar partikel yang kemudian membesar danmenjadi planet. Teori yang dikemukakan oleh Von Weiszacker ini disebut teori vorteks.

Kuiper mengemukakan bahwa planet terbentuk melalui turbulensi (golakan) Nebula yang membantu tumbukan Planetisimal sehingga Planetisimal membentuk menjadi Protoplanet dan kemudian menjadi planet. Teori yang dikemukakan oleh Kuiper ini disebut teori Protoplanet.

Mulai bab 4 sampai bab 6 buku ini mengulas tentang bumi yang terdiri dari hidrosfer, atmosfer dan litosfer. Sedangkan dua bab terakhir berisi tentang fenomena alam. Fenomena fisis alam sering menimbulkan bencana misalnya badai guruh, kekeringan, banjir, El Nino, La Nina, siklon tropis, arus dan gelombang laut, vulkano, gempa bumi dan tsunami. Indonesia termasuk negara paling sering dilanda bencana alam, terutama bencana kebumian.

Badai guruh merupakan fenomena fisis atmosfer yang sering terjadi di Indonesia. Fenomena ini dapat menimbulkan korban jiwa akibat sengatan luah listrik pada waktu terjadi petir. Wilayah Indonesia termasuk salah satu daerah yang paling sering dilanda petir di dunia, ini disebabkan wilayah Indonesia termasuk daerah konveksi yang aktif.

Siklon tropis merupakan bencana alam yang paling dahsyat dibandingkan bencana alam lainnya. Beruntung daerah Indonesia tidak terkena jalur siklon tropis sehingga dampaknya tidak secara langsung tetapi melalui cuaca, yaitu peningkatan curah hujan, kecepatan angin dan tinggi gelombang laut.

Dampak yang ditimbulkan oleh fenomena alam El Nino dan La Nina terhadap wilayah Indonesia cukup besar. El Nino tahun 1982/1983 dan 1997/1998 menyulut kebakaran hutan yang tidak terkendali di Kalimantan dan menewaskan ratusan sampai ribuan penduduk. El Nino menyebabkan kekeringan atau kemarau panjang sedangkan La Nina menyebabkan banjir atau kemarau pendek di Indoensia.

Gempa bumi adalah bencana alam yang sering melanda wilayah Indonesia karena Indonesia dilalui 2 sabuk seismik yaitu sabuk seismik lingkar pasifik dan Mediteran. Indonesia juga mempunyai banyak gunung api atau vulkano terjadi jika magma dengan kekentalan tinggi mempunyai kandungan gas tinggi. Magma yang kurang kental dengan kandungan gas kecil akan mengalir dengan tenang.